Tidak Ada "Kita" di Dunia Ide Milik Sang Pujangga
Photo by Greg Rakozy via Unsplash
Sebuah kisah, tentang bagaimana jika suatu hari kita tinggal di dunia ide milik sang pujangga.
Kisah itu dimulai di kota ini
Pertemuan dua manusia yang bukan siapa-siapa
Anggap saja ini sebuah surat,
Untukmu..
Aku dan kamu
Kita ini hanya dua orang asing
yang kadang kala saling bertukar kata,
cerita, sajak, dan perkara
Menyembunyikan nasib yang tidak siapa-siapa sangka
Sibuk menyembunyikan lengkung turun di bibir, kala pikir ditelan nestapa
Aku dan kamu
Kita ini tak pernah lebih dari dua orang asing
yang saling terasing di tengah kota yang bising
Kadang kita menuang luka-luka menjadi kata ke dalam selembar kertas
Menggores rasa melalui tinta
Padahal semuanya adalah semu belaka
Kau pernah bercerita, katamu;
Seorang pujangga pernah menuliskan
sebuah surat cinta untuk dunia idenya
Menerka-nerka sebuah bayang semu
yang hanya dirinyalah yang tahu kalau itu semua nyata
Nyata berada dalam kepalanya
Sebuah kota di lembah belantara
Ada kuda berkaki enam dan berwarna jingga,
makhluk serupa serangga dengan bulu mata Marelyn Monroe
atau sehampar langit dengan cat yang tumpah ruah
Belum selesai dia menulis
Dia kembali menemukan seorang gadis berwajah bunga
dengan sebuket tanaman ular di tangannya
Katamu.
Kata pujangga itu,
Dunia ini dipenuhi tipu daya
Beberapa hal dianggap nyata padahal hanya prasangka
Sebagian dikira duga, ternyata penentu langkah
Sulit memilih
Adil kini mengabu tak lagi kentara
Bukankah kita ini selalu membias
pada sisi-sisi yang sesuai agenda?
Dan ketika dua orang bertemu
Aku dan kamu tak lagi menjadi kita
Aku adalah aku, dan kamu adalah kamu
Dua kutub yang saling terpolarisasi
namun kadang saling menghampiri
mengunjungi kisah dan sajak yang pernah saling mengisi
Suatu hari jika kita berpapasan di dunia ide milik sang pujangga
Bersediakah kau kembali bertukar kata, cerita, sajak, dan perkara?
Di sebuah kota lembah belantara
Di Dunia yang tanpa agenda
Di Dunia dimana langit dipenuhi cat yang tumpah ruah
Di situlah daku berharap kita berada
Surat ini selesai.
Surabaya, 7Mei 2019.
Komentar
Posting Komentar