Ngobrol Bertiga Bareng Pandji Pragiwaksono dan Mamat Alkatiri di Balkon Stydio She Radio
Jadi sebelum @pragiwaksono.sby, Bang Pandji dan team nyempetin mampir ke studio nih. Di situ kami terlibat obrolan singkat yang menarik.
Tentang menjadi muda dan menghargai perbedaan ternyata bukan perkara yg semudah membalikkan telapak tangan.
Kadang kita terjebak di toleransi dan keberagaman yang semu. Yang seolah-olah sudah menghargai, sudah toleransi. "Dengan punya teman dari berbagai latar belakang, itu belum berarti kita menghargai perbedaan," kata Bang Pandji.
Tapi bagaimana kita mau bertatap muka, mengomunikasikan perbedaan dan mengeluarkan isi kepala bersama-sama, barulah bisa dikatakan menghargai perbedaan.
Bukankah biasanya salah paham memang karena ketidaktahuan dan ketidak-mau-tahuan?
Kemudian komika Bang Mamat juga demikian. Mengenai perbedaan, dia sempet cerita tentang pengalamannya kuliah di Jogja dulu. "Saya sempat kesulitan nyari kos, loh," kisahnya sambil ngasep. "Dengan melihat warna kulit, serta gaya bicara saya, seakan-akan mereka mampu meramal bagaimana kepribadian saya.Dan secara jelas menolak kehadiran saya." Itu justifikasi, katanya.
Mungkin karena Dims tinggalnya di sini-sini aja kali ya, jadi praktik tentang toleransi dan perbedaan yg saya alami belum pernah se-ekstrim itu.
But, dari obrolan tsb, i realized, ternyata circle yg positif itu penting bgt.
Balik lagi ke caption yg dulu pernah saya tulis, siapa kita tergantung dari dengan siapa kita hidup, dan bagaimana orang yg kita temui. Atau tentang bagaimana lingkunganmu mempengaruhi the way u think.
Dan di obrolan singkat itu, saya merasa sedang berada di circle yg bner2 positif. Ga lupa dengan guyonan khas mereka lah ya.
Jadi, yuk, sering2 duduk bareng, ngobrol, diskusi, atau bahas apa aja. Ttg perbedaan juga boleh. :) Udah gitu aja. Cerita selesai. Back to reality. 😂
Komentar
Posting Komentar